Jumat, 06 Januari 2012

Lembayung Bali



Menatap lembayung di langit Bali
dan kusadari betapa berharga kenanganmu
Di kala jiwaku tak terbatas
bebas berandai memulang waktu

Hingga masih bisa kuraih dirimu
sosok yang mengisi kehampaan kalbuku
Bilakah diriku berucap maaf
masa yang tlah kuingkari dan meninggalkanmu
oh cinta

Teman yang terhanyut arus waktu
mekar mendewasa
masih kusimpan suara tawa kita
kembalilah sahabat lawasku
semarakkan keheningan lubuk

Hingga masih bisa kurangkul kalian
sosok yang mengaliri cawan hidupku
Bilakah kita menangis bersama
tegar melawan tempaan semangatmu itu
oh jingga

Hingga masih bisa kujangkau cahaya
senyum yang menyalakan hasrat diriku
Bilakah kuhentikan pasir waktu
tak terbangun dari khayal keajaiban ini
oh mimpi

Andai ada satu cara
tuk kembali menatap agung surya-Mu
Lembayung Bali

Selasa, 22 Maret 2011

Galau



Menunggu sampai saatnya tiba Hanya kata itu yang terbesit dalam keraguan
Ketika semua kata tidak pernah cukup untuk terucap segala kegalauan di hati

Hanya diam yang mampu menenangkannya.

Jika Risau dan Segala kegaduhan mampu membangunkan mimpi
Teresentaklah semuanya, tetapi mengapa masih terdiam dan terasa Sepi
Aku Menghampiri Waktu Kembali, Ku jelajahi awal cerita yang Lalu Tak juga ku temukan mu.......
Galau jika kau mampu hadirkan sebuah pertanyaan??? yang mungkin memberi jawaban

Aku Kan Menerima mu masuk Pagi Ini......

Tetapi tidak akan ku biarkan kau mengisi bagian hari ku yang lain.......

By : Yuneeka

Rabu, 09 Februari 2011

Kadang



Kadang ingin engkau di sini 'Tuk duduk menemani Bicarakan kisahmu sehari
Kadang ingin aku ikuti
Ke mana engkau pergi Dan memandang senyummu berseri Kini aku sadari Kau begitu berarti Isi ruang hidupku Penuh cinta bertabur rindu (Merindu)
Kadang ingin jumpa dirimu
Di setiap mimpiku Bersama berdua menyatu Kadang ingin dengar suaramu Menyanyikan lagu Yang hanya kucipta untukmu Jatuh cinta padamu Terkadang kepayangkan jiwaku Kadang ingin kau duduk menemani
Kadang ingin ikuti engkau pergi
Kadang ingin jumpa di setiap
mimpi
Kadang ingin dengar kau bernyanyi

By: Katon bagaskara

Minggu, 21 November 2010

sst


Biarpun begitu banyak orang yang mengusik
Nggak perlu takut,nggak perlu gentar
Walaupun banyak orang yang mencoba menerka
Biarkan saja jangan pikirkan

Lakukan semua yang bisa kita lakukan
Tunjukkan saja semampu kita
Memang terkadang berat rintangan menerpa
Jangan pengecut, kita hadapi

Reff :

Ceritakan padanya tentang tegarnya kita
Walau batu karang menghadang jalan
Bersama kita terjang

By : TIP-X

ajarkan aku




Tidak ada penyesalan untuk semua ini
Aku belajar untuk melepaskan
Mengembalikan semua kepada pemilik- Nya

Ya Rabb keyakinan di hati ini hanya kau yg tahu
Terlalu dalam rasanya
Ketika
Sedetik berfikir kembali kepada dia

Ya Rabb hati ini hanya sekeping dan hanya engkaulah yang sangat berhak menghentikan rasa ini
Jika ketentuan mu adalalah mutlak jagalah hati hamba kembali agar hanya menjadi milikmu
Agar mata mampu memandang dunia dalam keindahan mu
Ajarkan hamba untuk ikhlas

By: Yunee


Selasa, 19 Oktober 2010

Hem....



Jika aku terbangun dan tak kutemukan dirimu
ku katakan pada pagi untuk hadirkan malam kembali
agar dapat kupandang senyum mu

Mungkin benar ku ditempat yang tak tepat
ku tanya waktu, mengapa hadirkan rasa pada saat ini
kaupun tahu apa yang ada disini, sudah terlalu jujur
rasa itu ku ungkap sampai mungkin kau bosan....

Hem.... sampai saat ini aku tidak pernah tahu
apa yang kamu fikirkan dan apa yang kamu inginkan
maafkan aku, jika ini tetap berjalan ......

Jika ini adalah ke egoisan ku , ku mohon hentikan aku
Jika rasa ini tulus , ijinkan aku memberikannya hanya padamu saja
karena esok, aku tidak tahu apakah masih dapat menemanimu
seandainya saja kau yang meminta ku, tuk tinggal disisimu

By : Yunee







Senin, 23 Agustus 2010

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang Sakaratul maut

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang Sakaratul maut,Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning burung-burung gurun pun enggan mengepakkan sayapnya.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah:

“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.

“Assalaamu’alaikum….Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan Khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakit Sakaratul Maut ini.” Lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

“Jijikkah engkau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu wahai Jibril?” Tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.

“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku”.
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu,”

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“umatku, umatku, umatku”

dan….PUPUSLAH KEMBANG HIDUP MANUSIA MULIA ITU………
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya ?


By : http://ceritaceritabagus.blogspot.com